LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
SINTESIS DIBENZILLIDINASETON
Disusun oleh:
Nama : Rokhmatul Mala
NIM : K100130197
Kelompok : E-5
Korektor :
Paraf
Pengumpulan Laporan
Laboratorium
Kimia Organik
Bagian
Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
I.
Tujuan
Mempelajari
reaksi kondensasi aldehid aromatik dengan keton (reaksi kondensasi
Claisen-Schmidt)
II.
Cara
Kerja Skematis
Sintesis
Dimasukkan
5,3 g Benzaldehid; 1,85 mL aseton dan
37,5 mL etanol ke dalam erlenmeyer 250 mL yang telah dilengkapi dengan pengaduk
magnet. Suhu dijaga 20-22ºC
Ditambahkan
larutan 2 g NaOH dalam 9,5 mL aquadest ke dalam campuran pertama, diaduk 5
menit
Didiamkan
campuran selama 10 menit, kemudian disaring menggunakan corong Buchner
Dicuci
residu/kristal dengan aquadest, kemudian dicuci dengan etanol dingin
Pemurnian
Dimasukkan
kristal ke dalam beaker glass
Ditambahkan
campuran etanol-aquadest hingga tepat larut (sambil dipanaskan di atas penangas
air
Disaring
larutan dalam keadaan panas, didinginkan filtrat dalam wadah berisi es,
disaring endapan yang terjadi dengan corong Buchner
Dikeringkan
kristal yang diperoleh, ditimbang dan ditentukan titik leburnya
1.
Erlenmeyer
250 mL
2.
Pengaduk
magnetik
3.
Plate
mechanical stirrer
4.
Termometer
5.
Corong
Buchner
6.
Gelas
ukur
Bahan:
1.
Benzaldehid
2.
Aseton
3.
Etanol
4.
NaOH
5.
Aquadest
Hasil
dan Perhitungan Rendemen
a. Perhitungan
BJ
v
Benzaldehid
(C6H5CHO)
BM =
106 g/mol
BJ =
1,05 g/Ml
v
Aseton
(CH3COCH3)
BM =
58,08 g/mol
BJ =
0,791 g/mL
v
Etanol
(C2H5OH)
BM =
46,07 g/mol
BJ =
0,8 g/mL
v
NaOH
BM =
40 g/mol
BJ =
1,11 g/mL
v
Aquadest
BM =
18 g/mol
BJ =
1 g/Ml
b. Hasil
Percobaan
a. Perhitungan
Rendemen
2
Benzaldehid + Aseton Dibenzilidinaseton+ Air
Mula-mula 0,05 0,025
Reaksi 0,05 0,025 0,025 0,025
Setimbang - - 0,025 0,025
Ø Mol DBA = 0,025
Mol
=
0,025 =
g =
0,025 x 236
g = 5,9 Bobot Teoritis
(berat
sebelum pemurnian)
6,53 =
5,5008 faktor pengali
1,0292
Bobot sebelum pemurnian = 1,0292 x 5,5008
=
5,6614 gram
Bobot sesudah pemurnian = 0,514 x 5,5008
=
2,8274 gram
Ø Randemen
(Bobot kering/bobot sesudah pemurnian)
R =
Bobot percobaan x 100 %
Bobot teoritis
=2,8274 x
100 %
5,9
=
47,92 %
Perhitungan
Bobot
Ø Bobot Basah
(Berat cawan+kertas saring+zat DBA)
– Berat cawan –Berat kertas saring = Zat DBA
·
44,1863
41,889
cawan
1,5 - kertas saring basah
0,7973
Ø Bobot Kering
(Berat cawan+kertas saring+zat DBA)
– Berat cawan – Berat kertas saring = Zat DBA
·
43,903
41,889
1,5
-
0,514
VI.
Pembahasan
Pada praktikum modul
III ini bertujuan untuk mengetahui reaksi kondensasi aldehid aromatik dengan keton (reaksi
kondensasi Claisen-Schmidt). Reaksi
kondensasi adalah reaksi penggabungan dua molekul atau lebih menjadi satu
molekul yang lebih besar dengan atau tanpa kehilangan satu molekul kecil.
Senyawa dibenzilidinaseton dapat disintesis melalui reaksi kondensasi karbonil
antara benzaldehid (aldehid) dan aseton (keton) dengan kalatis asam atau basa.
Langkah pengerjaan
pertama adalah membuat sintesis antara benzaldehid, aseton, dan etanol.
Benzaldehid sendiri pada percobaan bertujuan sebagai elektrofil, dan aseton
bertindak sebagai nukleofil. Benzaldehid pada modul diketahui dalam bentuk
massa, dan bentuk aslinya adalah cairan, maka harus diubah dahulu menjadi
volume dengan cara dicari BJ (Bobot Jenis) nya lalu dihitung dengan membagi
massa dengan BJ. Dalam membuat sintesis ini, pencampuran bahan harus diurutkan
dari BJ yang kecil ke BJ yang besar. Urutannya yaitu aseton (0,791 g/ml),
etanol (0,8 g/ml), dan yang terakhir benzaldehid (1,05 g/ml). Hal ini dilakukan
supaya sintesis lebih homogen dan menghasilkan campuran yang sempurna. Semua
reagen lalu di masukkan satu persatu ke dalam erlenmeyer yang sudah di beri
pengaduk magnetik. Sebelumnya suhu sudah diatur antara 20-22ºC, suhu tersebut
harus tetap dijaga sampai sintesis berakhir. Jika suhu melebihi 22ºC, maka di
dalam beaker glass di masukkan es batu agar suhu kembali stabil. Dan jika suhu
kurang dari 20ºC, maka es batu harus di keluarkan atau di tambahkan air sampai
suhu stabil lagi. Alasan suhu harus dijaga agar tidak terjadi reaksi
Cannizzaro, reaksi ini terjadi jika suhu terlalu panas. Reaksi
Cannizzaro, dinamakan dari penemunya Stanislao
Cannizzaro,
adalah sebuah reaksi kimia yang melibatkan disproporsionasi, dimana separuh aldehid
teroksidasi menjadi asam karboksilat dan setengahnya akan tereduksi menjadi
alkohol. Dan apabila suhu kurang,
reaksi tersebut akan menjadi tidak sempurna dan prosesnya menjadi lambat pula.
Proses selanjutnya
adalah melakukan pengadukan menggunakan plate mechanical stirrer. Erlenmeyer
yang sudah diberi pengaduk magnetik dan campuran reagen tadi, ditambah NaOH
yang sudah dilarutkan dengan aquadest
sedikit demi sedikit agar enolat dapat terbentuk dengan maksimal. Saat di
tambahkan dengan NaOH akan terjadi perubanahan warna dari reagen menjadi merah
ke orange dan makin lama akan menjadi endapan kuning. NaOH sendiri fungsinya
sebagai katalis basa, NaOH yang dipakai sebanyak 2 g dalam 9,5 ml
aquadest. Menggunakan katalis basa
karena ketika aseton direaksikan dengan suatu basa maka akan menghasilkan
enolat. Katalis asam bisa di digunakan,
tetapi jika direaksikan akan terjadi enol dan enolat. Sama bersifat
nukleofilik, tetapi enolat bersifat nukleofilik lebih kuat di bandingkan dengan
enol.
Selesai dilakukan
pengadukan dengan plate mechanical stirrer, campuran reagen harus didiamkan
selama 10 menit agar OH- pada aseton dapat bereaksi. Sehingga
menyebabkan aseton memiliki 2H2 dan itu menyebabkan terjadinya 2
kali reaksi. Dan di perolehlah endapan DBA yang sempurna, berwarna kuning, bau
menyengat dan berbentuk kristal. DBA yang telah terbentuk lalu disaring
menggunakan corong Buchner. Ketika ingin mencampur ini, praktikan di usahakan
memakai pelindung mata, sarung tangan, dan masker. Karena ini akan menghasilkan
bau menyengat, dan membuat mata pedih. Sehingga harus di perhatikan keamanan
nya. Campuran tersebut di keringkan/disedot pada kompresor agar cairan kering,
dan tidak ada sisa airnya lagi, setelah itu kristal/residu dicuci dengan
aquadest dan etanol dingin .
DBA yang tadi sudaah
kering dimasukkan ke beaker glass dan ditambahkan campuran etanol-aquadest
sambil dipanaskan agar mempercepat kelarutannya. Lalu DBA harus segera disaring
dalam keadaan panas supaya keadaannya netral dan zat pengotor yang ada dapat hilang ketika
disaring lagi dalam corong buchner. Selesai disaring, DBA didinginkan dalam wadah
yang berisi air es.
Setelah dingin, endapan
yang terjadi disaring kembali dengan corong buchner. Dan di tunggu sampai DBA
benar-benar kering. Filtrat yang telah disaring kemudian di rekristalisasi
lagi. Rekristalisasi yaitu suatu proses dimana hasil dari filtrat di kristalkan
kembali. Sebelum melakukan rekristalisasi, endapan tersebut di timabng, hasil
ini merupakan bobot basah dari DBA. Dan
di peroleh hasil 0,7973 gram. Endapan
yang telah ditimbang lalu dikeringkan dalam eksikator untuk didapatkan bobot
keringnya. Eksikator berfungsi untuk menyerap sisa air dan air di udara.
Dalam proses
rekristalisasi dalam eksikator, harus di cek secara berkala. Dalam teorinya 3
hari sudah kering dan menjadi kristal. Tetapi pada percobaan ini DBA kami baru
kering dan mengkristal pada hari ke 4, hal ini terjadi mungkin karena pada saat
penyaringan di corong bunchner belum benar-benar kering sehingga proses
rekristalisasinya juga lama.
DBA yang sudah
mengalami rekristalisasi lalu di timbang untuk mengetahui bobot keringnya, dan
hasil pada percobaan adalah 0,514 gram. Setelah itu DBA dihitung titik leburnya. Cara mencari titik leburnya
adalah dengan cara memasukkan zat DBA yang mengalami rekristalisasi ke dalam
pipa kapiler. Di masukkan sedikit saja,
kira-kira jika dimasukkan sebagian akan menghasilkan 10 bagian dalam pipa
kapiler. Lalu pipa kapiler yang sudah di
isi zat, di masukkan pada sebuah alat
yang digunakan untuk mengetahui titik lebur.
Pipa di masukkan ke dalam lubang kecil di atas lubang termometer.
Setelah itu suhu harus terus di awasi. Mulai dari suhu awal zat melebur, sampai
suhu zat melebur semua dengan sempurna.
Titik lebur teoritis DBA adalah 109O C – 111O C, dan pada percobaan di dapatkan hasil dari pengamatan
peleburan yaitu 104O C – 107O C . Alasan kenapa titik leburnya kurang adalah
mungkin pada percobaan, DBA tidak
mengering secara sempurna dan masih terdapat sisa airnya. Sehingga saat proses
peleburan pada suhu kurang dari teoritis , DBA sudah melebur lebih cepat. Selain itu rendemen yang diperoleh pada
percobaan adalah 47,92 %. Rendemen adalah produk yang dihasilkan. Itu berarti
DBA yang di hasilkan < 50 %, dan
kurang dari rendemen yang baik., yaitu seharusnya > 75%.
VII.
Kesimpulan
§
Dibenzilidinaseton
dibuat dengan reaksi kondensasi Claisen – Schmidt
§
Dibenzilidin
adalah obat antikanker
§
NaOH
bertindak sebagai katalis basa, ketika direaksikan dengan aseton menghasilkan
enolat yang bersifat nukleofilik lebih kuat daripada katalis asam yang
menghasilkan enol
§
Rendemen
yang diperoleh dari percobaan adalah 47,92%
§
Titik
lebur pada percobaan adalah 104 – 107o C
VIII.
Daftar
Pustaka
Fessenden
dan Fessenden, 1982, Kimia Organik Jilid 2 , Erlangga, Jakarta.
Hart.
Carline Hart, 2003, Kimia Organik Edisi VI , Erlangga, Jakarta.
http://www.chem-is-try.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar